ANTARA BERDOA DAN BERSYUKUR

[b]



ANTARA BERDOA DAN BERSYUKUR
Oleh : H. Muhammad HASYIM AB.
Kep. SDSN Cipedak  05


Manusia sebagai mahluk, selalu terkait erat hubungan dengan Al-khaliq Allah Swt. Hubungan antara manusia dengan Allah lazim disebut ibadah, misalnya shalat atau berdoa, sedang salah satu arti shalat juga berdoa’. Allah berfirman dalam surat 40.ayat 60, yang artinya berdoalah (kamu semua hanya) kepada-Ku, pasti akan Aku kabulkan.

Orang yang tidak mau berdoa, disamping tidak mendapat pahala dari ibadah do’a, juga adalah orang yang merasa dirinya mampu untuk memecahkan persoalan hidup tanpa bantuan yang lain, tak mau bernegosiasi dengan Allah, dan dalam bahasa agama orang tersebut termasuk takabbur. Padahal  dalam Al-Qur’an banyak ayat Allah bertebaran yang menerangkan bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha mengabulkan permohonan mahluk-Nya. Sebagaimana salah satu firman Allah yang menjelaskan hal tersebut adalah surat 2 ayat 186, “ Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya tentang AKU, maka (jawablah), bahwa AKU ADALAH DEKAT, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku  dan hendaklah mereka beriman kepada Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. Dari ayat tersebut jelas bahwa Allah akan menerima (baca; mengabulkan permohonannya) dengan syarat; a.menjadi orang yang beriman, b. Ta’at dan patuh menjalankan perinta Allah,c. Beriman hanya kepada Allah (tidak menyekutukan Nya). d.  senantiasa berlaku benar. Secara logika adalah sesuatu yang lazim kita melaksanakan perintah Allah dengan benar, barulah kita memohon pertolongan-Nya, dan pastilah Allah akan menolongnya  (mengabulkan permohonannya)    

Namun kita sering kali kurang tepat dalam memahami bahwa Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, seolah kita bisa berbuat apa saja, tanpa usaha dan kerja keras, apa yang kita mau  tinggal duduk bersila menengadahkan tangan memohon kepada Allah. Berdoanya sendiri tidak salah, tetapi  yang di inginkan apakah sudah sesuai dengan yang di usahakan ?. misalnya  setiap kali shalat selalu berdoa kepada Allah, katakanlah doa ketika  duduk diantara dua sujud; “ ya Allah, ampunilah aku, sampai dengan do’a sehatkanlah aku. Artinya didalam do’a tersebut  minta tolong kepada Allah agar senantiasa diberikan kesehatan, tetapi apa yang di jalankan bukan usaha untuk sehat, melainkan sebaliknya yaitu jalan agar  sakit dengan cara mengikuti nafsu merokok. Padahal jelas-jelas merokok bisa menimbulkan sebab berbagai penyakit. Begitu juga selesai shalat bahkan dudukpun  belum berubah,  juga berdo’a; “ allahumma anta(s) salam dan seterusnya ampai kalimat wa’adhilnal jannata daara(s) salam” yang artinya masukkanlah kami ke syurga daarus(s) salam. Tetapi amal  sehari-hari bukan amalan menuju syurga, bahkan sebaliknya, mengumbar nafsu, mengikuti yahwat, berbuat ria, memakan harta yang haram, bukankah itu jalan menuju neraka?. Padahal  minta-minta supaya masuk syurga. Bila hal ini yang dilakukan pada hakikatnya bukan berdo’a kepada Allah, tetapi menyuruh Allah. Padahal firman Allah surat 1 ayat 4; artinya “ Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan. Inilah hubungan yang benar antara mahluk dan Al-khaliqnya (Allah Swt)  beribadah sebaik-baiknya barulah  berdo’a, memohon pertolonga Nya. Disanalah akan terjadi hubungan yang indah antara hamba dengan Tuhannya, dan bila ini yang dilakukan oleh hamba Nya, maka yakinlah Allah tidak akan lupa dengan janji Nya untuk mengabulkan permohonan hambaNya.

Sama  dengan berdoa, bersyukur juga adalah perintah Allah. Bahkan bersyukur juga merupakan do’a  yang sangat tinggi nilainya. Meskipun berdo’a juga adalah ibadah, tetapi tak sedikit manusia yang berdoa terselip hati pamrih walaupun hanya kepada Allah dan ini sangat wajar, bukankah Rasulullah pernah meriwayatkan ada 3 orang musafir yang terjebak  dalam goa yang tak mungkin selamat tanpa pertolongan Allah. Tetapi ketiganya berdo’a dengan pamrih perbuatan baik yang telah dilakukan dalam hidupnya (barter dan ria hanya kepada Allah) kemudian dengan izin Allah ketiga orang tersebut selamat dari maut yang mengancamnya karena terjebak dalam goa dan terkubur oleh tanah longsor disekitar goa.

Bersyukur adalah do’a yang sangat mustajab. Siapapun yang  mensyukuri ni’mat Allah, pasti Allah akan melipat gandakan ni’mat yang telah ia terima. Ketika seorang mensyukuri ni’mat biasanya tidak ada pamrih dengan Allah, bila dalam berdo’a lazim kita mohon misalnya; ya Allah kabulkanlah do’a kami (ini yang dimaksud penulis dengan pamrih kepada Allah), tetapi dalam bersyukur tak ada tuntutan dan syarat apapun, sedang hasilnya adalah kepastian ni’mat dari Allah. Firman Allah surat 14 ayat  7; yang artinya “ Dan ( ingatlah juga) tatkala Tuhanmu mema’lumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’matKu), maka sesungguhnya azab Ku sangat pedih

Dalam kalimat bersyukur tak ada kalimat pamrih kepada Allah, bahkan yang ada hanyalah pujian kepada Nya, misalnya Syukur, Alhamdulillaahi rabbil Alamiin, dan yakin Allah tidak akan lupa terhadap janji-Nya, pasti akan menambah ni’mat-Nya. Keni’matan apapun bisa di peroleh dengan cara bersyukur kepada Allah. Artinya dengan bersyukur  tak akan pernah merasa kehilangan. Misalnya mensyukuri kesehatan dengan rajin berolah raga, tidak merokok, menjauhi minuman keras dan tidak makan makanan yang dianjurkan dokter (ahlinya) untuk dihindari, pasti hasilnya akan bertambah sehat. Mensyukuri ilmu dengan mengamalkan ilmu kepada murid, mahasiswa atau siapa saja yang membutuhkan sudah pasti ilmunya selain bermanfaat bagi orang lain juga beribadah dan yang pasti ilmunya tak akan berkurang tapi bahkan bertambah. Begitu juga mensyukuri harta yang Allah amanatkan dengan membelanjakan dijalan Allah, kepedulian kepada fakir miskin, menyantuni yatim piatu akan merupakan ni’mat dan kebahagiaan tersendiri. Bahkan Allah akan membalasnya  harta yang diinfakkan itu dengan berlipat ganda. Inilah hakikat mensyukuri ni’mat Allah. Firman Allah surat 2 ayat 261;  “perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran/ni’mat) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (ni’mat/karunia Nya) lagi Maha Mengetahui. (wallahu a’lam)


[/b]

0 komentar: