MENJADI HAJI TANPA HARUS PERGI HAJI 0 komentar


BERHAJI TANPA HARUS PERGI HAJI
Haji adalah rukun Islam yang kelima, banyak orang melaksanakan ibadah haji yang terjebak pada cara tapi lupa pada tujuan ibadah haji itu sendiri. banyak yang mengira bahwa dengan melaksanakan ibadah haji seseorang pasti akan masuk syurga, karena memang demikian Rasulullah menyabdakan melalui hadisnya, yag berarti " haji mabrur akan dibalasi oleh Allah dengan Syurga". benar sabda Rasul tersebut, tetapi siapakah yang tahu atau yang dapat menjamin bahwa ibadah haji seseorang bernilai mabrur dsisi Allah Swt. Orang yang melaksanakan ibadah haji dan mendapat nilai haji mabrur disisi Allah berindikasi sesudah melaksanakan ibadah haji berprilaku lebih baik dari selruh aspek kehidupannya, dibanding  sebelum melaksanakan ibadah haji. segala prilakunya bernilai positif, hidupnya punya arti dan manfaat bukan saja bagi diridan keluarganya, tapi juga masyrakat, bagi agama dan juga bagi bangsanya.hal ini berarti tujuan melaksanakan ibadah hajinya tercapai atau berhasil.
Sebab tujuan melaksanakan ibadah haji bukan saja mendekatkan diri kepada Allah, bukan saja karena shalat di Masjidil Haram pahalanya 100.000 kali lipat lebih besar dibandingkans halat dimasjid yang lain, ataupun melengkapi kesempuranaan keislamannya, karena memang haji adalah rukun Islam yang kelima dan itu semuanya benar, namun andaikata itu semua yang menjadi tujuan utama ibadah haji akan terasa Allah bersifat tidak adil, padahal Allah maha Adil. bagi ummat Islam yang tidak mampu melaksanakan ibadah haji akan merasa, mengapa untuk mendekatkan diri kepada Allah harus berjalan jauh melintasi benua dan samudra, tidak dapatkah mendekatkan diri kepada Allah disini (Indonesia) ? bukankah Allah berfirman dalam kitab sucinya yang artinya " dan Aku lebih dekat dari urat leher". begitu juga bagi yang tak berkemampuan Shalat di Masjidil Haram, sampai kapanpun, rasanya takkan memperoleh pahala sebanyak itu.karena memang tak punya biaya untuk pergi kesana. terasa benar Allah hanya mengasihi orang yang kaya, padahal Allah adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada seluruh mahluk Nya.

firman Allah dalam surat; An-nisa (4) ayat 125

و من احسن  دينا  ممن  اسلم  وجهه  لله  وهو  محسن واتبع  ملت ا برا هيم حنيفا وا تخذالله ابرا هيم خليلا
Dan siapakah yang lebih baik (pengamalan) agamanya, selain orang yang senantiasa menghadapkan wajahnya (beribadah) kepada Allah dan selalu berbuat baik dan mengikuti (mencontoh) agama Ibrahim dengan condong (berserah diri), dan Allah mengambil Ibraim sebagai kekasihnya.

bahwa kesimpulan dari tujuan haji itu adalah kita disuruh Allah untuk senantiasa ikhlas dan berserah diri hanya kepada Allah, apapun dalam menapaki hidup, hendaknya mencontoh sebagaimana hidup Nabi Ibrahim sekaligus mencontoh kesuri tauladanan Nabi Muhammad Saw. tetapi mengapakah sekedar mencontoh kehidupan rasul-rasul Allah harus jauh-jauh ke Makkah ? jawabannya adalah dengan kita hadir ditempat dimana terjadinya peristiwa bersejarah yang dilaksanakan Nabi Ibrahim akan terjadi peristiwa induksi dalam diri jamaah haji. akan mudah tertulari sikap kepasrahan Nabi Ibrahim. bahkan ketika jamaah haji melangkahkan kaki di Masjidil Haram dan memandang Ka'bah larut berputar mengelilinginya (thawaf) terasa benar bahwa Allah benar-benar hadir dihadapan jama'ah , ya sangat dekat.dan dekat sekali bagai tak ada tabir yang membatasi. Allaahu Akbar, Labbaika Allahumma Labbaik.......

Memang diwajibkan bagi jamaah haji untuk melaksanakan rukn haji seperti yang dailakukan Nabi Ibrahim AS. yaitu setiap Jamaah Haji wajib melakukan wukuf di Arafah pada tanggal 10 Zulhijjah, karena justru inti dari pelaksanakan Iadah Haji itu adalah wukuf di Arafah. ketika wukuf di Arafah Jamaah Haji dari bangsa yang berbeda, warna kulit yang berbeda, berbeda suku, berbeda bahasa berkumpul dipadang Arafah dengan pakaian yang sama  putih tak berjahit, menyuarakan bahasa yang sama Labbaaika Allaahumma Labbaaik " Kami penuhi panggilan Mu Ya Allah, Sesungguhnya segala puji, segala keni'matan, dan segala kerajaan segala kebesaran adalah Milik Mu ya Allaah, tiada sekutu bagi Mu ya Rabb.di Arafah ini hakiktnya adalah kita disuruh untuk berfikir, berdzikir dan berintrospeksi, siapakah sebenarnya manusia ini, dari mana ia datang dan kemana akan pulang. apa yang telah dilakukan sebelum ini dan apa pula yang akan kikerajakan sesudah ini?semuanya pelajaran yang harus diurai untuk diimplikasikan sesudah pulang ketanah air masing-masing. berkumpulnya  seluruh Jamaah Haji dari berbagai Bangsa dan berbagai Negara  yang tidak kurang dari ratusan ribu bahkan jutaan manusia berkumpul di Arafah adalah merupakan lambang bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kebersamaan dan sangat menganjurkan persatuan.Islam tak membedakan antara rakyat dan pejabat, antara petani dan pegawai

Setelah jamaah haji wukuf dipadang Arafah untuk bermuhasabah, bertafakkur untuk merenung, mengenali siapa diri sesungguhnya dari mana ia datang dan kemana ia akan pulang. Mengenali diri akan berimbas kepada siapa sesungguhnya yang menciptakannya,maka jamaah akan mengenali Allah Swt sebagai Tuhannya, yang tiada sekutu bagiNya, Dia yang wajib di sembah, Dia yang Maha Tunggal, Dia adalah Sang Pencipta dari segala yang ada dialam jagad raya. Maka tersadarlah jamaah bahwa kelak kesanalah akan kembali, kesanalah akan menghadap untuk melanjutkan hakikat perjalanan hidup yang tak berujung dan tak bertepi selamanya, ya kekal abadi selamanya. Apa yang ia perbuat ketika hidup dialam dunia disanalah kelak akan memperoleh apa yang ia usahakan, amal baik akan berbalas baik, sedang prilaku buruk akan berakibat pula pada dirinya.

Sungguh perenungan itu telah berlalu, dan kini jamaah haji telah memahami hakikat hidup, karena itu semuanya  telah bersiap untuk mengarungi kehidupan dunia secara simbol, yaitu dengan bereksodus meningalkan muara kehidupan melelui alurnya menuju arena perjuangan untuk melawan dan mengalahkan nafsu.  diawali  jamaah menuju Mina dan singgah di Muzdalifah untuk mengambil batu-batu kecil yang dipersiapkan  lempar jumrah. Melewati jam 12.oo malam, jamaah haji mulai marathon menuju ke Mina, dimana seluruh jamaah Haji akan tinggal menetap disana selama tiga hari atau lebih untuk melempar jumrah di Jamarat. Sesampainya di Mina Jamaah singgah di kemah untuk sekedar meninggalkan perbekalan yang dibawanya, sedang pakaian yang dipakai tetap pakaian ihram karena memang hanya pakaian itulah yang wajib dikenakan sebelum selesainya pelaksanaan ibadah haji sampai dengan tahallul. Jamaah Haji terus bersiap  batu kerikil yang minimal berjumlah dua puluh satu kali meuju altar pelemparan batu yang terdiri dari tiga pilar dan masing-masing pilar jamaah harus dilempari sampai tujuh kali dan diusahakan mengena pada pilar-pilar tersebut. Demikian itu, dahulu dilakukan oleh Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan Siti Hajar ketika ketiganya hendak melaksanakan  perintah Allah dengan penyembelihan sebagai tanda ketakwaannya kepada Allah. Ketiga orang hamba Allah itu ihlas, ridha dan tawakkal atas perintah Allah, agar Nabi Ibrahim menyembelih putra satu-satunya yang sangat didambakan kehadirannya dan sangat disayanginya, namun kini setelah Ismail tumbuh dewasa diperintahkan untuk disembelih, manusia mana dijagad raya ini yang bisa ihlas, tawakkal menjalankan perintah Allah ini, selain Nabi Ibrahim dan Nabi Ismal As beserta Siti Hajar, Firman Allah suart 37 :102

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup), berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka fikirkanlah apa pendapatmu ?, Ia menjawab: hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah kamu akan mendapatiku , termasuk orang-oran yang sabar.

Deimikian inilah kiranya pelajaran yang diberikan Allah kepada seluruh hambaNya untuk dapat menjalani hidup bagai kehidupan Nabi Ibrahim yang total kepasrahannya hanya kepada Allah. Artinya bahwa dalam menjalani kehidupan di dunia ini akan selalu mendapat ujian, cobaan, ada yang berat, ada yang ringan tergantung bagaimana kita menyikapinya.  Namun yang pasti  Allah tidak akan pernah memberi cobaaan diluar batas kemampuan hambaNya ; firman Allah Swt dalam surat 2 : 186

Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya.  Juga firman Allah dalam surat 2 : 155,
Dan sungguh akan Kuberikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.

Hidup adalah perjuangan, bukan perjuagan kalau tidak ada pengorbanan inilah yang diajarkan Allah kepada kita melalui tamsil Nabi Ibrahim besrta keluarganya, dan itu semuanya bermodal ketulusan dan kepasrahan secara mutlak kepada Allah bila memang kita menginginkan hidup yang mendapat ridha Allah, yang kelak akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat. Numun hidup tawakkal dan pasrah kepada Allah inilah yang sangat dibenci oleh syaitan, karena syaitan dengan segala tipu dayanya itu ingin memperdaya manusia supaya mengikuti kemauannya dan berujung kepada hidup yang sesat celaka dunia, celaka pula diakhirat, inilah yang dikehendaki oleh syaitan kepada seluruh ummat manusia. Karena itu Allah memerintahkan melalui simbul lempar jumrah bagi jamaah haji agar senantiasa dapat mengalahkan sayaitan, dengan menundukkan nafsu, bukan sekedar menahan hawa nafsu tetapi mengalahkan hawa nafsu. dan bagi siapun yang sanggup mengalahkan nafsunya pasti akan hidup dalam bingkai ridha Allah Swt. Pelajaran inilah yang hakikatnya bagi Jamaah Haji untuk dapat diamalkan sesudah pulang dari berhaji, sebab secara lambang telah mengalahkan Syaitan di jamarat melalui lemparan batu-batu kecil dan telah mengalahkan nafsunya. Dengan demikian benarlah apa yang disbdakan Rasulullah melalui hadisnya, bahwa;  siapa yang Hajinya mabrur, maka ia akan mendapat Syurga. Orang yang masuk Syurga berarti orang yang mendapat Ridha Allah, dan orang yang mendapat ridha Allah adalah karena ketakwaannya.

Maraton Jamaah Haji masih terus dilaksanakan oleh tamu-tamu Allah yang mulia, disinilah banyak tamu Allah mendapat cobaan, ujian atau apalah namanya, karena disinilah semua jamaah haji dibutuhkan kesabaran, ketabahan, bagaimana tidak, berkumpul jutaan manusia ditempat yang sama dalam keaneka ragaman budaya, berbeda bahasa, suku dan warna kulit dengan mengerucut menjadi tamu Allah dan hanya mengharap keridoanNya.akan mudah terjadi gesekan, ketersinggungan, hal ini sangat-sangat wajar mengingat kepenatan, keletihan rasa lapar dan hauus akan mudah muncul emosi yang tinggi.  Pada saat inilah seluruh jamaah haji setelah melempr jumroh menuju ke Makkah Al-mukarromah ke Masjidil Haram untuk melaksanakan Thawaf Ifadoh. Dibutuhkan kondisi yang prima untuk melakukan rukun haji ini. Betapa rasa capai, lelah dan mungkin lapar karena makan hanya ketika  di Arafah sebelum menuju Muzdalifah, terus ke Mina langsung lempar Jumroh terus menjuju Masjidil Haram yang menempuh jarak dengan berjalan kaki dari Mina sampai ke Masijdil Haram kurang lebih sepuluh kilometer (tergantung letaknya perekmahan Mina), karena tidak satu jengkal tanahpun yang tak ditapaki tamu Allah, berjejal dan berdeak, saling mendahului bersenggol dan bersikut sesama jamaah, kalau tak dapat mengalahkan nafsunya, bukan tidak mustahil akan menimbulkan perselisihan dan keributan sesama jamaah. Dan kalau hal ini sampai terjadi, apalah artinya menunaikan ibadah haji ? hanya ingin menang sendiri ? bukankah akan lebih baik dengan orang yang tidak berhaji tapi ditempat masing-masing ia menjalin silaturahim dengan sesama Hamba Allah ? padahal Ibadah Haji juga lambang persatuan Ummat Islam seluruh dunia. Ketika Thawaf dimulai dari lampu hijau antara hajar  Aswah dan Pintu ka’bah yang disebut Multazam (salah satu tempat yag mustajab untuk berdo’a) bergeraklah hamba-hamba Allah memutari ka’bah sebanyak  tujuh kali putaran, dengan masih berpakaian ihram bergumuruhlah dari jutaan suara jamaah yang intinya seluruhnya memuji Allah, membesarkan Allah, dan dengan sesekali mengangkat tangan jamaah yang diarahkan ke Baitullah rumah Allah dengan berucap BISMILLAHI ALLAHU AKBAR, LABBAIKA ALLAAHUMMA LABBAIK, INNALHAMDA, WANNI’MAT LAKA WALMULK LAASYARIIKALAK. Mereka larut dalam putaran jutaan manusia banyak yang tak terasa meneteskan airmata membasahi pipi yang beraut kecapaian namu terasa sangat membahagiakan dapat memeuhi panggilan Allah meskipun boleh jadi seunur hidup hanya sekali dapat berkunjung ke Ka’bah. Disanalah seluruh jamaah terasa betul dekat dan sangat dekat dengan Allah, kehadiran Allah tearsa betul ada dihadapannya. Allaahu Akbar, Subhaanallah. Larutnya Jamaah dalam putara thawaf ini mengajarkan  kepada jamaah bahwa sepulang dari iabdah haji dapat mengimplikasikan dalam kehidupan sehari-hari bahwa bisa hidup menyatu dengan Allah Sang Khalik, dapat mengimplementasikan sifat-safit Allah dalam berperilaku seperti perilaku Allah. Bahwa jamaah punya keimanan yang kuat punya aqidah yang tak mudah goyah, bahwa hidup ini ada dalam lingkup kekuasaan Allah, Allah bersama kita, yang akan bernuansa bahwa hidup ini harus optimis, dalam cobaan apapun akan dihadapi dengan ketabahan, karena hakikatnya cobaan itu dari Allah, dan Allah hannyalah sekedar menguji, bukankah kita dianjurkan untuk bersabar ? juga akan merasakan bahwa hidup dengan amal shalih tak akan pernah sia-sia, karean Allah senantiasa dekat dengan kita, dan pada akhirnya hidup ini bukan untuk sendiri, tapi untuk berbagi, bukankah ini juga yang dikehendaki Rasulullah Saw,dengan hadisnya “ sebaik-baik manusia adalah yang hidupnya punya manfaat untuk orang lain”. Selesai Thawaf dilanjutkan dengan SAI, berjalan cepat bagi Jamaah Haji tujuh kali pergi dan pulang antara bukit Shafa dan Marwa

mengingatkan jamaah pada satu peristiwa ketika setelah Siti Hajar melahirkan Ismail, tidak ada makanan dan tidak juga ditemui air, sehingga air susu bunda hajarpun tak dapat menyusui Ismail,  kedua anak beribu hamba Allah itupun  merasakan betapa ujian sangat berat , suami (Nabi Ibrahim) tak ada disampingnya, dan tak lagi ada bekal sisa yang ditinggalnya perut lapar, kerongkongan tersa haus. Ismail meronta-ronta kehausan. Melihat kejadian tersebut naluri seorang ibu untuk menyelamtakan anak yang dicintainya ia bangkit, semangat tumbuh, kendati  badannya terasa sangat lemah untuk berbuat yang lebih dari itu, namun demi kesalamatan diri dan anaknya itu ia harus berusaha untuk mendapatkn air, maka tertujulah arah pandangnya ke bikit Shafa, demi terlihat dari tempat mana ia berdiri seolah ia melihat ada air, maka berjalanlah setengah berlari (lebih tepatnya jalan cepat) peristiwa ini dinamai SAI, namun kali ini perjuangannya tak menuai hasil, maka pandangannyapun kini berbalik kebukit Marwa, kini ia menuju kebukit tersebut dengan senantiasa berharap akan segera mendapatkan air untuk keselamatan diri dan anaknya , tapi kali inipun harapan itu tak terwujud, maka diulangilah kembali usaha tersebuat berulang sampai tujuh kali pergi dan pulang. Namun usaha yang demikian keras itu tak membawa hasil. Apa yang ia lihat kini ia sadari bahwa pandangan dari kejauhan yang ia lihat air hanyalah fatamorgana belaka. Sebagai usaha maksimal seorang ibu untuk menghidupi anaknya yang pantang menyerah kini telah berahir, keyakinannya kini membentur dengan benteng takdir. Tinggallah lagi satu ihtiar kepasrahn kepada Sang Pencipta Kehidupan Allah Swt. Dipanjatkanlah doa kepada Nya, diserahkanlah akan takdir diri dan anaknya ia yakin bahwa Allah tidak akan menguji diluar batas kemampuannya. Sebagai seorang manusia yang lemah, dhaif dan tak berdaya.  Allaahu Akbar, usaha itu tak sia-sia, Allah memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, doa seorang ibu yang lemah didengar Allah, usaha keras yang telah diusahakan dijawab Allah, dari kaki mungil ummatnya (Ismail) yang dihentk-hentakkan ketanah dalam menangis karena kehausan, keluarlah air, ya air yang sangat dibutuhkan oleh kedua orang hamba itu....luapan gembira seorang ibu menjadikan reflek suaranya dengan berucap zam.......zammmmm. sampai sekarang terkenal dengan air zamzam atau sumur zamzam. Kali ini jamaah Haji diwajibkan untuk mengambil ibarat dari apa yang dilakukan oleh Siti Hajar. Setelah ini dilakukan oleh tamu-tamu Allah kiranya jamaah dapat merasakan langsung betapa berat perjuangan bunda Hajar dalam mengarungi lautan kehidupan. ditempat itulah dahulu peristiwa  terjadi dan kini jamaah untuk turut merasakan penderitaan itu ditempat yang sama agar mudah terinduksi sifat menghadapi hidup untuk tidak mudah putus asa, harus bekerja keras, berjuang tanpa kenal lelah, bertawakkal hanya  kepadaNya, dan ahir dari segala sesuatunya hanya Dialah yang menentukan. Dan semestinya bisa diambil i’tibar oleh seluruh ummat Islam yang telah melaksanakan Ibadah Haji kalau memang ingin nilai hajinya  haji Mabrur bukan sekedar predikat haji dihadapan manusia. Selesai nya SAI ini berarti rangkaian ibadah haji telah berakhir dengan bertakhallul (pemotongan rambut)

Ibadah Haji yang diwajibkan seumur hidup hanya sekali dan bagi orang yang mampu sesungguhnya menjadi pelajaran bagi kaum Muslimin bahwa dalam hidup keseluruhannya telah dilambangkan dalam amalan Ibadah haji tergantung bagaimana jamaah yang telah berhaji dapat memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari ditanah air masing-masing. Andaikata hal itu dapat diimplementasikan setiap hari, bukan saja jamaah tersebut berpredikat dihadapan Allah sebagai HAJI MABRUR Tapi yakinlah bahwa jamaah haji itu adalah menjadi Jemaah Haji Sepanjang Masa.


Akan halnya bagi kaum Muslimin yang karena secara syara’ tak dapat melaksanakan Ibadah Haji, mungikin karena kesehatannya yang kuruang mendukung atau mungkin kekurang mampuan soal membayar ongkos biaya haji, bukan berarti tidak dapat mendekatkan diri dengan Allah Swt, atau bukan berarti tidak dapat pahala Ibadah Shalat di Masjidil Haram yang paalanya 100 ribu kali dibanding shalat dimasjid yang lain, atau bahkan tidak dapat masuk Syurga seperti orang yang Haji Mabrur, tetapi semua itu hanyalah lambang, simbol. Meskipun demikian menunaikan ibadah haji adalah wajib hukumnya, bagi yang mampu seumur hidup sekali, karena memang merupakan rukun Islam yang kelima. Bagi kaum Muslimin yang dapat berta’aruf (mengenal) tentang dirinya melalui perenungan, berdzikir dan melahirkan nuansa ma,rifat kepada Allah, dengan melahirkan amal shalih. Bisa mewujudkan sifat-sifat Allah dalam kehidupan sehari-hari baik untuk menfaat bagi dirinya maupun masyarakat lingkungannya, serta bekerja keras untuk kemaslahatan umat, pantang putus asa dalam menghadapi cobaan dan senantiasa berawakkal, pemasrahan dirii kepada Dzat Yang Menghidupkan maka ia berarti telah menjadi Haji tanpa melaksanakan Ibadah Haji. Begitu juga bagi yang telah beribadah haji tapi tak mampu mengaktualisasikan amalan haji dalam kehidupan sehar-hari, maka iapun telah berhaji tanpa predikat haji dihadapan Allah Swt. Ia telah sangat merugi, membuang tenaga bermingu-minggu, modal yang sangat besar, meninggakan banyak keluarga, pekerjaan, namun tak mendapatkan apa-apa, kecuali predikat bapak/Ibu haji pada pandangan manusia Wallaahu’ a’lam.


                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       




Read More..

Kelas II-B 0 komentar

We are II-B from SDSN CIPEDAK 05..... My teacher is MURDININGSIH SETYANI, S.S.


Read More..

KEEP SMILE FROM CIPEDAK 05 STUDENT 0 komentar

Class : I-A. Teacher : Mrs. YULINCAH, S.Pd.

Class : I-B Teacher : Mrs. PURNAMA SIANIPAR, S.Pd.

Class : II-B. Teacher : Mrs. MURDININGSIH SETYANI, S.Pd. 

Class : III-A. Teacher : Mrs. ENNI KUSTIANINGSIH, S.Pd.

Class : III-B. Teacher : Mrs. YUSLAINI IHZA

Class : IV-A. Teacher : Mrs. UMIYATI

Class : IV-B, Teacher : Mrs. SAIDAH, S.Pd.

Class : V-A. Teacher : Mr. WASINO, S.Pd.

Class : V-B. Teacher : Mrs. YUWANI

Class : VI-A. Teacher : Mrs. ENDANG TRI DAMAYANTI, S.Pd.

Class : VI-B. Teacher : Mrs. Hj. UTAMI JUWAID, S.Pd.






Read More..



HALOO .......Kami Siswa / siswi Kelas I-B ..... 

Guru Kami yang berkacamata sangat cantik dan baik hati bernama : PURNAMA SIANIPAR, S.Pd.....
Keep smile ya ................

Read More..

ini kelasku .... IV-B ..... SDSN CIPEDAK 05 ........ Gimana ? adakah aku disana ?
Yang paling cantik adalah guru kami bernama SAIDAH, S.Pd. salam ....

Read More..

dunia 0 komentar

dunia. menurut Rasulullah Saw, tegaknya suatu masarakat dengan 4 hal;
1. dengan adanya Ulama yang mengamalkan ilmunya
2. dengan adilnya para pemimpi (Umara)
3. dengan kedermawanan orang-orang kaya, dan
4. dengan kemauannya orang-orang fakir

Read More..

IBU YANG TABAH DAN KHALIFAH YANG BIJAK 0 komentar




IBU YANG TABAH DAN KHALIFAH YANG BIJAK

Kala malam masih kelam, udara gurun teramat dingin terasa menyusup ketulang setiap insan yang masih terlelap tidur, seorang ibu dengan dikelilingi putra putrinya disekitar tungku perapian menunggu masaknya masakan untuk segera dinikmati sebagai santapan mengobati rasa lapar dan dingin, sampai beberapa anaknya tak sabar dan akhirnya tertidur didekat tungku perapian. Beberapa anaknya yang belum tertidur selalu menanyakan kapan gandum itu masak, dengan sesekali mengatakan lapar, lapaar...........
Ibu yang beranjak keusia tua itu selalu menghibur dengan kalimat yang selalu diulang dan diulang sebentar lagi sayang, sebentar lagi........... bukankah airnya sudah mendidih.
Kendatipun hatinya menangis, jiwanya menjerit melihat anak-anaknya kelaparan sampai ia harus terlelap tidur disamping tungku perapian, padahal apa yang ditunggui oleh anaknya adalah sesuatu yang mustahil bisa dimakan.
ibu tersebut berpikir ia harus tegar dihadapan anak-anaknya. Teringatlah akan suaminya yang telah pergi meninggalkan ia dan lima orang anaknya yang masih kecil-kecil tanpa ada peninggalan yang cukup untuk membesarkan anak-anaknya, andaikata suamiku masih ada tentu tak seberat beban yang aku emban, tentu akan bersama menanggung beban derita ini, ya Allah kuatkanlah imanku dalam membesarkan anak-anakku ini.......... demikian desahnya dalam memulai beranjak tidur. Tiba-tiba................dari pintu rumahnya yang reot terdengar suara merdu doa salam, Assalaamu’alaikum warahmah ya ummiii? Terperanjat tak terkira sang ibu, dalam benaknya antara ada dan tiada, bagaimana mungkin malam kelam begini ada yang mau bertamu kepada orang miskin seperti dirinya, dalam keraguan yang belum pasti ia menjawab salam tamu tersebut, Wa’alaikumussalam warahmah.
Siapa diluar ? aku, orang yang tidak akan mengganggu engkau dan keluargamu. Silahkan masuk.............Jawab sang Ibu dengan suara lembut. Ibu....Kata sang tamu tengah malam yang tak diundang itu mengawali tujuannya, sudah lama aku mengintip dari lobang dinding rumah Ibu, aku perhatikan ibu adalah orang tua yang kejam tak berperi kemanusiaan, bagaimana mungkin memasak tak pernah matang, padahal anak-anak ibu merengek kelaparan dan minta makan dan masakan itu tak pernah diangkat sampai putra putri tertidur. Selama sang tamu itu bicara, diperhatikannya baik-baik sambil menitikkan air mata dibawah sinar temaram lampu ceplik yang hampir padam, karena kehabisan minyak. Lalu ia menjawab dengan suara parau menahan kelu hatinya, katanya: Saya doakan mudah-mudahan Umar bin Khattab Khalifah Rasulullah mendapat la’nat Allah Swt...belum lagi ucapan sang ibu selesai, disela oleh terperanjatnya sang tamu mendapat jawaban yang tak disangka itu dengan bertanya ; Mengapa Ibu medoakan sejelek itu kepada Khalifah padahal ia belum tentu bersalah?
Bagaimana tidak kata ibu tersebut...... lihat tuan, lihat tuan apa yang aku masak dan tak pernah aku angkat, karena sampai kapanpun masakan itu takkan pernah matang dan takkan pernah bisa dimakan, sambil mengangkat tutup kuali (panci yang terbuat dari tanah liat yag dibakar.....), kata sang ibuu dengan suara gemetar karena sedih dan menahan geram. Tamu tengah malam itu amat sangat terperanjat baru kali inilah menemui hal yang sungguh mengejutkan, sambil berdesah dengan suara menekan perasaan “ Allaahu akbar....... sambil menganggukan kepalanya ia tahu persis masakan itu takkan pernah masak, karena ternyata yang dimsak itu adalah bongkahan batu batu hitam pegunungan..... pikirnya kemudian ini hanyalah siasat seorng ibu untuk membohongi anak-anaknya sampai ia bisa tidur. Terdengarlah suara lembut tamu itu antara ada dan tiada...... Astaaghfirullaah, aku mohon ampun kepadamu Ya Allaah...... kemudian ibu itu menyambung dengan kalimat “ ia adalah khalifah yang tidak tahu ada rakyatnya menderita seperti kami dengan lima orang anaknya kelaparan ia harus tanggung jawab dihadapan Allah. Mendengar pernyataan tersebut sang tamu sangat terperanjat dan menangis, air matanya mulai menetes satu persatu sampai membasahi jenggot janggutnya yang tumbuh sangat lebat. ,sampai sang ibu merasa heran, adakah perkataan saya yang menyinggung hati tuan sampai tuan menangis ? tidak, tidak, hanya aku kasihan dan simpati kepada ibu beserta anak-anak ibu semoga doa yang ibu pinta tadi dikabul Allah. Kata sang tamu yang diteruskan dengan .....Kemana suami Ibu ? Suamiku diijinkan perang membela Agama Allah Oleh khalifah Umar dan meninggal sebagai Syuhada padahal kami tidak ditinggali bekal yang cukup untuk membesarkan anak-anak kami. jadilah nasib kami seperti ini, hidup menjadi duafa, terlunta lunta, makan seketemunya, anak-anak kurang gizi dan beberapa hari ini kami sudah tak makan apa-apa sampai kami kelaparan begini tuan, sambil sama-sama menyeka air mata antara sang ibu dan sang tamu. Baiklah ibu kata sang tamu dengan melenjutkan ucapannya, besok pagi ibu menemui khalifah Umar bin Khattab dan ceritakan semua akan nasib sang Ibu, sambil bergegas pergi meninggalkan rumah renta tersebut dengan ucapan malam ini aku akan membantu ibu dan anak-anak sedapatnya, dengan ucapan salam tanpa menghiraukan perkataan sang ibu yang berkata bagaimana mungkin kami bisa menemui khalifah sang presiden sedang kami adalah rakyat jelata ?
Penjaga gudang yang gagah-gagah dengan senjata yang lengkap itu kaget tak kepalang dimalam yang begitu dingin ada seorang yang berani masuk gudang dan membawa sekarung gandum milik pemerintah, dengan bentakan yang keras membelah kesunyian negara gurun itu Pencuriiiiii.......berhenti! bentaknya. Secepat itu lelaki paruh baya yang berbadan tegap tinggi dan kuat itu berhenti dan hampir-hampir menjadi sasaran pukulan, untung sang lelaki itu spontan bertakbir dengan kalimat Allaahu Akbar, sebelum bogem mentah sang penjaga gudang mengenai wajahnya. Namun apakah yang terjadi? betapa terperanjatnya sang petugas keamanan itu ketika sang lelaki paruh baya itu membuka topi penutup kepalanya sebagai penyamaran, spontan beberapa petugas keamanan itu hormat sejadi-jadinya ketika tahu bahwa yang ada dihadapannya ialah sang khalifah (presiden). Maafkan kami khalifah mereka serempak berteriak...... Mengapa khalifah kalau butuh dengan makanan tidak menyuruh kami ?.... kata salah seorang dari mereka. Tidak , kami hanya butuh yang kami bawa ini untuk menolong seorang janda yang suaminya mati syahid membela agama Allah dipinggir kota dan sekarang sedang kelaparan kata khalifah. Kalau begitu boleh kami yang membawa sekarung gandum tersebut ? sekali lagi kata khalifah tidak....... ini adalah tugasku, apakah kamu mau memikul dosaku dihadapan Allah ? untuk memikul dosa itu biar aku sendiri yag memikul beban ini, semoga dosaku menjadi ringan diakhirat kelak. Demikian seorang Presiden berkhidmat kepada rakyatnya, dikegelapan malam ia memanggul sendiri beban berat diatas punggungnya demi tanggung jawab kepada rakyatnya tanpa berkendara tanpa pengawal tanpa pakaian kebesaran.
Sesampai dirumah sang ibu ia terus bekerja keras memasak untuk keluarga tersebut tanpa bersedia dibantu oleh sang ibu yang ia sadari dalam keadaan lapar dan lelah. Siaplah makanan, dibangunkannya seluruh anak-anaknya dan makan ditengah gelapnya malam dan dinginnya udara. Semua keluarga tersebut bersyukur kepada Allah atas karunia yang datang tak disangka-sangka itu. Berucaplah sang Ibu dengan ucapan terima kasih dan katanya.... andai saja khalifah Umar itu seperti tuan, yakinlah saya tidak akan ada rakyat yang kelaparan.......dan jawab lelaki tersebut; ibu, besok temui sajalah khalifah Umar diistananya. Bagaimana mungkin kami bisa berjumpa dengan khalifah, beliau adalah pemimpin negeri ini, sedang saya hanyalah rakyat jelata yang tak diperhitungkan adanya. Katanya. Lalu lelaki itupun memberikan selembar kertas yang tak dimengerti isinya, kalau Ibu dilarang menemui khalifah, maka berikan surat ini kepada pengawal istana. Setelah mengucapkan salam dan belum sempat berterima kasih kepada sang tamu tak diundang tadi, ia telah membelah kesunyian malam pergi dengan meninggalkan pertanyaan yang tak terjawab, dimana kejadian tersebut bagai mimpi bagi sang ibu dan anak-anaknya.
Istana itu dijaga sangat ketat oleh pengawal yang sudah terlatih untuk menjaga keselamatan khalifah sebagai pemimpin negara sekaligus sebagai amirul mukminin dari serangan orang kafir dan munafik, sehingga ketika dipagi buta ibu yang tidak lagi berpakaian sederhana karena sobek disana sini tentu saja dihardik pergi oleh beberapa pengawal. Namun ketika sang ibu menunjukkan selembar kertas yang diberikan oleh lelaki yang bertamu semalam kerumahnya suasana jadi berbeda, dengan penuh hormat diantarkanlah sang Ibu menemui Khalifah diruang kerjanya kendatipun jam belum menunjukkan pukul 6.30 pagi, namun kahlifah biasa mulai bekerja sepagi itu untuk memikirkan kesejahteraan rakyatnya...... Allaahu akbar.... desah sang Ibu, perasaan tidak menentu takut, resah, waswas diikuti oleh gemetarnya seluruh tubuh seolah mau jatuh dihadapan orang yang baru ditemuinya, sebab ternyata orang yang ada dihadapannya adalah orang yang semalam yang telah dihujat didepannya langsung, sekaligus orang yang memberikan pertolongan membawa sekarung gandum yang dipanggulunya sendiri, sambil menangis tanpa disadarinya ia berkata; Alangkah mulianya engkau khalifah, aku mohon maaf aku tak mengira orang yang datang semalam adalah engkau seorang khalifah yang mulia. Jawab khalifah “ semua manusia dihadapan Allah sama, apakah ia raja atau rakyat jelata, bahwa yang mulia disisi Allah adalah
Yang paling bertakwa diantara kita”. Aku bertrima kasih kepadamu sebab dengan ini aku harus lebih baik lagi dalam memimpin, sehingga tidak boleh lagi ada rakyat yang kelaparan. Demikian sepenggal kisah dari kebijakan pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, sedang kelanjutan hidup sang Ibu dan anak-anaknya menjadi tanggungan Negara.



,

Read More..

makna hidup 0 komentar




MAKNA HIDUP

Oleh : H. Muh. Hasyim AB.
Kepala SDSN Cipedak 05
Jagakarsa, Jakarta Selatan.


Manusia adalah mahluk sosial yang hidup ketergantungan satu sama lain dalam segala aktifitas apapun bentuknya. Dengan kata lain manusia harus hidup bermasyarakat, tak mungkin manusia bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Hal ini banyak diajarkan Allah dalam alqur’an misalnya dalam surat 5 ayat 3; Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa. Artinya Allah mengajarkan manusia utuk hidup bukan hanya untuk dirinya tapi perlu adanya kebersamaan ada kalanya memberi ada saatnya menerima.
Masalahnya adalah bagaimana hidup kita punya makna untuk orang lain, sebagaimana Rasulullah Saw. Mengajarkan kepada kita dalam salah satu sabdanya ; sebaik-baik manusia adalah ( yang hidupnya) punya manfaat untuk orang lain.
Pada kenyataannya banyak manusia dalam menjalani hidup dan kehidupan ini terjebak dalam rutinitas pribadi tanpa berpikir apakah hidupnya punya arti dan makna atau tidak bagi orang lain, karunia yang Allah berikan seolah mutlak hak pribadi, bukankah pada harta yang di miliki ada sebagian hak orang miskin ? Sedang Rasulullah mengajarkan kepada ummatnya dalam sabdanya, belum (sempurna) iman seorang diantaramu ketika kamu tidur pulas karena kenyang, sedang tetanggamu tak bisa tidur kareana kelaparan.
Pada hakikatnya inti dari ajaran ISLAM adalah kita beriman kepada Allah dengan beribadah sesuai dengan syariat dan hidup utuk bermasyarakat dengan saling kepedulian(tolong menolong), Didalam Al-Qur’an ketika Allah berfirman; Dirikanlah shalat, pada ayat sama diikuti tunaikanlah zakat. Dan ketika Allah berfirman Shalatlah, maka diikuti dan berkorbanlah!juga banyak ayat ketika Allah berfirman Ya’ayyuhalladziina amanuu diikuti dengan wa’amilussholihaati.artinya selalu berkaitan menjalin hubungan dengan Allah sekalian menjalin hubungan dengan manusia. padahal seluruh aktifitas manusia akan berakhir seiring berakhirnya hidup manusia itu sendiri, namun tetap menjadi pertanyaan, apakah kehidupan yang telah di jalani juga akan punya manfaat bagi orang lain, sesuai dengan Al-qur’an dan As-sunnah ?

Dalam hadis Rasulullah menyabdakan : Bila seorang manusia meninggal maka putuslah segala amalnya kecuali tiga hal : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shalih. Artinya; dalam hidup seorang manusia akan punya arti dan makna bila dapat melaksanakan dan mengamalkan tiga tuntunan tersebut, jangankan masih hidup sesudah matinya pun amalan itu masih tetap mengalirkan pahala untuk sipelaku.

Dari hadis tersebut Islam mengajarkan manusia utuk rajin berusaha, yang pada akhirnya dari hasil usahanya dapat berkemampuan untuk bisa menolong orang lain, tanpa harta yang cukup, bagaimana mungkin bisa bershodaqah, berinfak dan lainnya. Islam mengharamkan pemeluknya malas berusaha, sebaliknya Rasulullah mengajarkan untuk berusaha keras seolah olah akan hidup selamanya. Selain untuk kaya Islam juga mengajarkan kepada penganutnya utuk berilmu, bahkan kalau perlu dan memungkinkan kita diperintah Rasul untuk menuntut ilmu sampai kenegeri Cina (baca luar negeri), Sebab ilmu adalah harta yang tak ternilai. Segala perbuatan akan berhasil hanya dengan ilmu, Duniapun hanya bisa dikuasai oleh orang-orang yang berilmu, bukankah Rasulullah menyampaikan dalam sabdanya ; siapa yang ingin hidup bahagia mesti dengan ilmu. Dengan ilmu kita bisa berbuat (menciptakan) sesuatu untuk kemaslahatan ummat.
Dan yang terakhir anak yang shalih. salah satu sebab disunnahkannya nikah adalah untuk mendapatkan keturunan sebagai penerus generasi menjadi khalifah fil ardhi. Terbentuknya negara adalah dari terbentuknya masyarakat yang terdiri darikeluarga-keluarga. Bila setiap keluarga melahirkan keturunan yang shalih/shalihah maka pastilah akan menjadi keluarga yang harmonis yang pada akhirnya bermuara kepada negara yang sejahtera. Inilah profil hidup yang punya arti dan manfaat dan meninggalnyapun pahalanya tetap mengalir tiada putus sebagaimana alqur’an mengajarkan.

Falahum ajrun ghairu mamnun, Wallahu a’lam.

Read More..

BAGAIMANA CARA MENDEKATI ALLAH 0 komentar

BAGAIMANA CARA MENDEKATI ALLAH ?

Kuncinya sederhana, luruskan wajah kita hanya kepaa Allah.

Ikuti dan fahami tatacara Ibadah yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. Jangan terjebak hanya pada kulitnya saja, jangan terjebak pada upacara kosong belaka, jangan pula terjebak pada cara, lupa pada tujuan, karena proses kedekatan itu bakal muncul dalam jiwa kita, seiring dengan kedalaman makna ibadah yang sedang kita jalani.

Semakin paham tentang apa yang kita jalankan semakin nyambung hati kita dengan Allah Swt, yang kemudian akan tertulari sifat-sifat univrsalNya
Maka semakin dekatlah kita kepada Allah. Sifat-sifat itu lantas akan ter pancar dalam keseharian kita. Sebaliknya ketika kita tidak memahami akan makna ibadah, kita bakal menjauh dari Nya, karena hati kita tidak pernah nyambung dengan Nya. Dan karenanya sifat-sifat Allah juga tidak akan muncul dalam keseharian kita. Yang akan muncul hanylah egoisme semata.
Maka dalam praktek kehidupan kita makna jauh dan dekat kepada Allah tergambar dari pancaran sifat-sifat ketuhanan dalam diri kita. Kalau Allah Maha Adil sedang kita bersegera kearah ketidak adilan. Maka jelas-jelas kita sedang menjauhi Allah. Kalau Allah tidak pernah berbohong dan kemudian kita suka berbohong itupun sudah jelas kita sedang bergerak menjauhi Allah. Kalau Allah menebarkan rahmat keseluruh Alam , lantas kita melakukan perusakan terhadap alam sekitar kita, maka itupun sangat gamblang bahwa kita sedang menjauhi Allah. Pokoknya , ketika Allah menunjukkan kasih sayang Nya yang bersifat universal, tapi kita menunjukkan ego yang bersifat individual berart kita sedang menjauh dari Allah, kuncinya hanya satu, Tetapkanlah sifat-sifat universal Allah dalam kehidupan sebagai refleksi ibadah kita Maka bisa dipastikan kita sedang bergerak menuju kepada Allah, jiwa kita sedang berproses menuju sifat-sifat Allah yang universal..

Keadilan,kejujuran, kebijaksanaan, pemaaf, dermawan, lemah lembut, sopan santun, rasa belas kasihan, semangat keilmuan, kecerdasan dan berbagai sifat positif adalah merupakan sebagian sifat-sifat universal ketuhanan. Semakin universal perilaku kita semakin menyatulah dengan perilakuNya. Jadi pemahamannya sangat sederhana. Bahwa orang-orang yang mejalankan perilaku egoistic dalam hidupnya, sebenarnya dia sedang menjauh dari kualitas ketuhanan. Sebaliknya orang-orang yang menjalankan sifat universal , dia sedang mendekatkan diri kepada kualitas ketuhanan, dan ketika sudah demikian universalnya , maka kita telah menyatu dengan kualitas ketuhanan itu sendiri. Alqur’an mengajarka ada tiga kualitas kepribadian manusia :
a. Egois individualis, (yan paling rendah)
b. Sosialis (yang lebih tinggi)
c. Spritualis (yang paling tinggi)

Ketiga sifat itu bertingkat tingkat kualitsnya menjadi semakin universal. Karena itu sifat sombong, serakah, menang sendiri, pemarah, pembohong, penipu, pendendam dlsbg dilarang Allah, mengapa? Karena sifat-sifat tersebut bertum ئئئpu pada sifat egois (mementingkan diri sendiri).
Oleh Allah kita diperintahkan untuk menggesernya menjadi sifat-sifat sosial, kita disuruh berbuat kebajikan kepada orang lain, menolong dengan harta benda, dengan ilmu, dengan kekuasaan, dan dengan apapun yang kita miliki sebagai kelebihan. Inilah hakikat dari konsep Hablum minan nas. Jika itu semua kita jalakan penuh dengan keihlasan , barulah kita beranjak menuju tingkatan yag lebih tinggi. Yaitu spritualis. Tingkatan yang mengamalkan sifat-sifat ketuhaan tanpa pamrih. Kecuali hanya kepada Allah semata. Inilah yang disebut konsep Lillahi Taala . Inilah hakikat Hablumminallah. Hubungan dengan Allah itu baru bisa berjalan sempurna kalau kita sudah melatih dan melewti interaksi kemanusiaan secara baik pula. Hablumminannas menjadi landasan hablumminallah. Itu artinya bahwa inti ajaran Islam adalah menjaga hubungan baik dengan Allah melalui Ibadah yang diajarkan oleh Rasulullah dan menjalin hubungan baik dengan seluruh ummat manusia (silaturrahim). Itu semua bisa kita lakukan bila kitta berserah diri kepada Allah, tidak ada lain tujuan kita Laa ilaaha illallah. Dirinya lenyap yang ada hanya Allah, inilah yang dikatakan oleh Allah dalam Al-qur’an ketika Allah menolong orang-orang mukmin dalam sebuah peperangan yang sangat menentukan, Surat Al-anfal(8) : 17:

فلم تقتلو هم ولكن الله قتلهم وما رميت اذ ر ميت ولكن الله رمي وليبلي المؤ منين منه بلا ء حســـــــنا

ان الله سميـــــع عليم


Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar,tetapi Allahlah yang melempar . Dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenagan yang baik . Sesunguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengtahui.

Atau dalam sebuah hadis Qudsi : dia melihat dengan penglihatan Allah , dia mendengar dengan pedegaran Allah , dan dia berbuat dengan bimbingan ilmu-ilmu Allah.
Memang badannya masih ada karena ia adalah manusia dengan segala keterbatasannya , tapi egonya melebur dengan ego Allah. Keberadaanya selalu mencerminkan keberadaan Allah . ia menjadi pantulan sifat-sifat ketuhanan bagi kemaslahatan mahlukNya tanpa pandang bulu. Atau kita kenal dengan sebutan rahmatan lil’alaamiin. Kalau dia hadir, siapa saja yang berada didekatnya akan merasakan ketenteraman dan kedamaian. Bukan malah memperoleh berbagai macam masalah, begitulah memang sifat Allah.Siapa yang ingat dan dekat dengaNya maka ia akan merasakan ketenterman dan kedamaian. Surat Ar-Ra’du (13) : 28:
الذيــــن امنـــــوا وتطمئن قلــــــو بهم بذ كر الله الا بذ كر الله تطمئن القلـــــــوب


(yaitu) orang-orang yng beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. Wallaahu a’lam.

Read More..

ANTARA BERDOA DAN BERSYUKUR 0 komentar



ANTARA BERDOA DAN BERSYUKUR
Oleh : H. Muhammad HASYIM AB.
Kep. SDSN Cipedak  05


Manusia sebagai mahluk, selalu terkait erat hubungan dengan Al-khaliq Allah Swt. Hubungan antara manusia dengan Allah lazim disebut ibadah, misalnya shalat atau berdoa, sedang salah satu arti shalat juga berdoa’. Allah berfirman dalam surat 40.ayat 60, yang artinya berdoalah (kamu semua hanya) kepada-Ku, pasti akan Aku kabulkan.

Orang yang tidak mau berdoa, disamping tidak mendapat pahala dari ibadah do’a, juga adalah orang yang merasa dirinya mampu untuk memecahkan persoalan hidup tanpa bantuan yang lain, tak mau bernegosiasi dengan Allah, dan dalam bahasa agama orang tersebut termasuk takabbur. Padahal  dalam Al-Qur’an banyak ayat Allah bertebaran yang menerangkan bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha mengabulkan permohonan mahluk-Nya. Sebagaimana salah satu firman Allah yang menjelaskan hal tersebut adalah surat 2 ayat 186, “ Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya tentang AKU, maka (jawablah), bahwa AKU ADALAH DEKAT, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku  dan hendaklah mereka beriman kepada Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. Dari ayat tersebut jelas bahwa Allah akan menerima (baca; mengabulkan permohonannya) dengan syarat; a.menjadi orang yang beriman, b. Ta’at dan patuh menjalankan perinta Allah,c. Beriman hanya kepada Allah (tidak menyekutukan Nya). d.  senantiasa berlaku benar. Secara logika adalah sesuatu yang lazim kita melaksanakan perintah Allah dengan benar, barulah kita memohon pertolongan-Nya, dan pastilah Allah akan menolongnya  (mengabulkan permohonannya)    

Namun kita sering kali kurang tepat dalam memahami bahwa Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, seolah kita bisa berbuat apa saja, tanpa usaha dan kerja keras, apa yang kita mau  tinggal duduk bersila menengadahkan tangan memohon kepada Allah. Berdoanya sendiri tidak salah, tetapi  yang di inginkan apakah sudah sesuai dengan yang di usahakan ?. misalnya  setiap kali shalat selalu berdoa kepada Allah, katakanlah doa ketika  duduk diantara dua sujud; “ ya Allah, ampunilah aku, sampai dengan do’a sehatkanlah aku. Artinya didalam do’a tersebut  minta tolong kepada Allah agar senantiasa diberikan kesehatan, tetapi apa yang di jalankan bukan usaha untuk sehat, melainkan sebaliknya yaitu jalan agar  sakit dengan cara mengikuti nafsu merokok. Padahal jelas-jelas merokok bisa menimbulkan sebab berbagai penyakit. Begitu juga selesai shalat bahkan dudukpun  belum berubah,  juga berdo’a; “ allahumma anta(s) salam dan seterusnya ampai kalimat wa’adhilnal jannata daara(s) salam” yang artinya masukkanlah kami ke syurga daarus(s) salam. Tetapi amal  sehari-hari bukan amalan menuju syurga, bahkan sebaliknya, mengumbar nafsu, mengikuti yahwat, berbuat ria, memakan harta yang haram, bukankah itu jalan menuju neraka?. Padahal  minta-minta supaya masuk syurga. Bila hal ini yang dilakukan pada hakikatnya bukan berdo’a kepada Allah, tetapi menyuruh Allah. Padahal firman Allah surat 1 ayat 4; artinya “ Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan. Inilah hubungan yang benar antara mahluk dan Al-khaliqnya (Allah Swt)  beribadah sebaik-baiknya barulah  berdo’a, memohon pertolonga Nya. Disanalah akan terjadi hubungan yang indah antara hamba dengan Tuhannya, dan bila ini yang dilakukan oleh hamba Nya, maka yakinlah Allah tidak akan lupa dengan janji Nya untuk mengabulkan permohonan hambaNya.

Sama  dengan berdoa, bersyukur juga adalah perintah Allah. Bahkan bersyukur juga merupakan do’a  yang sangat tinggi nilainya. Meskipun berdo’a juga adalah ibadah, tetapi tak sedikit manusia yang berdoa terselip hati pamrih walaupun hanya kepada Allah dan ini sangat wajar, bukankah Rasulullah pernah meriwayatkan ada 3 orang musafir yang terjebak  dalam goa yang tak mungkin selamat tanpa pertolongan Allah. Tetapi ketiganya berdo’a dengan pamrih perbuatan baik yang telah dilakukan dalam hidupnya (barter dan ria hanya kepada Allah) kemudian dengan izin Allah ketiga orang tersebut selamat dari maut yang mengancamnya karena terjebak dalam goa dan terkubur oleh tanah longsor disekitar goa.

Bersyukur adalah do’a yang sangat mustajab. Siapapun yang  mensyukuri ni’mat Allah, pasti Allah akan melipat gandakan ni’mat yang telah ia terima. Ketika seorang mensyukuri ni’mat biasanya tidak ada pamrih dengan Allah, bila dalam berdo’a lazim kita mohon misalnya; ya Allah kabulkanlah do’a kami (ini yang dimaksud penulis dengan pamrih kepada Allah), tetapi dalam bersyukur tak ada tuntutan dan syarat apapun, sedang hasilnya adalah kepastian ni’mat dari Allah. Firman Allah surat 14 ayat  7; yang artinya “ Dan ( ingatlah juga) tatkala Tuhanmu mema’lumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’matKu), maka sesungguhnya azab Ku sangat pedih

Dalam kalimat bersyukur tak ada kalimat pamrih kepada Allah, bahkan yang ada hanyalah pujian kepada Nya, misalnya Syukur, Alhamdulillaahi rabbil Alamiin, dan yakin Allah tidak akan lupa terhadap janji-Nya, pasti akan menambah ni’mat-Nya. Keni’matan apapun bisa di peroleh dengan cara bersyukur kepada Allah. Artinya dengan bersyukur  tak akan pernah merasa kehilangan. Misalnya mensyukuri kesehatan dengan rajin berolah raga, tidak merokok, menjauhi minuman keras dan tidak makan makanan yang dianjurkan dokter (ahlinya) untuk dihindari, pasti hasilnya akan bertambah sehat. Mensyukuri ilmu dengan mengamalkan ilmu kepada murid, mahasiswa atau siapa saja yang membutuhkan sudah pasti ilmunya selain bermanfaat bagi orang lain juga beribadah dan yang pasti ilmunya tak akan berkurang tapi bahkan bertambah. Begitu juga mensyukuri harta yang Allah amanatkan dengan membelanjakan dijalan Allah, kepedulian kepada fakir miskin, menyantuni yatim piatu akan merupakan ni’mat dan kebahagiaan tersendiri. Bahkan Allah akan membalasnya  harta yang diinfakkan itu dengan berlipat ganda. Inilah hakikat mensyukuri ni’mat Allah. Firman Allah surat 2 ayat 261;  “perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran/ni’mat) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (ni’mat/karunia Nya) lagi Maha Mengetahui. (wallahu a’lam)


Read More..

MENJADI HAJI TANPA HARUS PERGI HAJI 0 komentar

Haji adalah rukun Islam yang kelima, banyak orang melaksanakan ibadah haji yang terjebak pada cara tapi lupa pada tujuan ibadah haji itu sendiri. banyak yang mengira bahwa dengan melaksanakan ibadah haji seseorang pasti akan masuk syurga, karena memang demikian Rasulullah menyabdakan melalui hadisnya, yag berarti " haji mabrur akan dibalasi oleh Allah dengan Syurga". benar sabda Rasul tersebut, tetapi siapakah yang tahu atau yang dapat menjamin bahwa ibadah haji seseorang bernilai mabrur dsisi Allah Swt. Orang yang melaksanakan ibadah haji dan mendapat nilai haji mabrur disisi Allah berindikasi sesudah melaksanakan ibadah haji berprilaku lebih baik dari selruh aspek kehidupannya, dibanding  sebelum melaksanakan ibadah haji. segala prilakunya bernilai positif, hidupnya punya arti dan manfaat bukan saja bagi diridan keluarganya, tapi juga masyrakat, bagi agama dan juga bagi bangsanya.hal ini berarti tujuan melaksanakan ibadah hajinya tercapai atau berhasil.
Sebab tujuan melaksanakan ibadah haji bukan saja mendekatkan diri kepada Allah, bukan saja karena shalat di Masjidil Haram pahalanya 100.000 kali lipat lebih besar dibandingkans halat dimasjid yang lain, ataupun melengkapi kesempuranaan keislamannya, karena memang haji adalah rukun Islam yang kelima dan itu semuanya benar, namun andaikata itu semua yang menjadi tujuan utama ibadah haji akan terasa Allah bersifat tidak adil, padahal Allah maha Adil. bagi ummat Islam yang tidak mampu melaksanakan ibadah haji akan merasa, mengapa untuk mendekatkan diri kepada Allah harus berjalan jauh melintasi benua dan samudra, tidak dapatkah mendekatkan diri kepada Allah disini (Indonesia) ? bukankah Allah berfirman dalam kitab sucinya yang artinya " dan Aku lebih dekat dari urat leher". begitu juga bagi yang tak berkemampuan Shalat di Masjidil Haram, sampai kapanpun, rasanya takkan memperoleh pahala sebanyak itu.karena memang tak punya biaya untuk pergi kesana. terasa benar Allah hanya mengasihi orang yang kaya, padahal Allah adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada seluruh mahluk Nya.

firman Allah dalam surat; An-nisa (4) ayat 125

و من احسن  دينا  ممن  اسلم  وجهه  لله  وهو  محسن واتبع  ملت ا برا هيم حنيفا وا تخذالله ابرا هيم خليلا
Dan siapakah yang lebih baik (pengamalan) agamanya, selain orang yang senantiasa menghadapkan wajahnya (beribadah) kepada Allah dan selalu berbuat baik dan mengikuti (mencontoh) agama Ibrahim dengan condong (berserah diri), dan Allah mengambil Ibraim sebagai kekasihnya.

bahwa kesimpulan dari tujuan haji itu adalah kita disuruh Allah untuk senantiasa ikhlas dan berserah diri hanya kepada Allah, apapun dalam menapaki hidup, hendaknya mencontoh sebagaimana hidup Nabi Ibrahim sekaligus mencontoh kesuri tauladanan Nabi Muhammad Saw. tetapi mengapakah sekedar mencontoh kehidupan rasul-rasul Allah harus jauh-jauh ke Makkah ? jawabannya adalah dengan kita hadir ditempat dimana terjadinya peristiwa bersejarah yang dilaksanakan Nabi Ibrahim akan terjadi peristiwa induksi dalam diri jamaah haji. akan mudah tertulari sikap kepasrahan Nabi Ibrahim. bahkan ketika jamaah haji melangkahkan kaki di Masjidil Haram dan memandang Ka'bah larut berputar mengelilinginya (thawaf) terasa benar bahwa Allah benar-benar hadir dihadapan jama'ah , ya sangat dekat.dan dekat sekali bagai tak ada tabir yang membatasi. Allaahu Akbar, Labbaika Allahumma Labbaik.......

Memang diwajibkan bagi jamaah haji untuk melaksanakan rukn haji seperti yang dailakukan Nabi Ibrahim AS. yaitu setiap Jamaah Haji wajib melakukan wukuf di Arafah pada tanggal 10 Zulhijjah, karena justru inti dari pelaksanakan Iadah Haji itu adalah wukuf di Arafah. ketika wukuf di Arafah Jamaah Haji dari bangsa yang berbeda, warna kulit yang berbeda, berbeda suku, berbeda bahasa berkumpul dipadang Arafah dengan pakaian yang sama  putih tak berjahit, menyuarakan bahasa yang sama Labbaaika Allaahumma Labbaaik " Kami penuhi panggilan Mu Ya Allah, Sesungguhnya segala puji, segala keni'matan, dan segala kerajaan segala kebesaran adalah Milik Mu ya Allaah, tiada sekutu bagi Mu ya Rabb.di Arafah ini hakiktnya adalah kita disuruh untuk berfikir, berdzikir dan berintrospeksi, siapakah sebenarnya manusia ini, dari mana ia datang dan kemana akan pulang. apa yang telah dilakukan sebelum ini dan apa pula yang akan kikerajakan sesudah ini?semuanya pelajaran yang harus diurai untuk diimplikasikan sesudah pulang ketanah air masing-masing. berkumpulnya  seluruh Jamaah Haji dari berbagai Bangsa dan berbagai Negara  yang tidak kurang dari ratusan ribu bahkan jutaan manusia berkumpul di Arafah adalah merupakan lambang bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kebersamaan dan sangat menganjurkan persatuan.Islam tak membedakan antara rakyat dan pejabat, antara petani dan pegawai

Read More..